Pendidikan Sosiologi

Universitas Pendidikan Indonesia

KKL Bromo – Yogyakarta : Mengenal Budaya Hindu Jawa Secara Praktis

thumbnail
03-05-2018

Pada tanggal 27 April sampai 2 Mei 2018 mahasiswa Pendidikan Sosiologi angkatan 2016 melaksanakan kuliah kerja lapangan ke Bromo Jawa Timur dan Yogyakarta. Perjalanan pertama kami mengunjungi Desa Ngadas yang berada di kaki gunung Bromo yang masyarakatnya terdiri dari Suku Tengger.  Desa Ngadas terdiri dari masyarakat yang 99% beragama Hindu, asal Suku Tengger bukan pelarian Majapahit, tetapi sudah ada sejak zaman prasejarah.  Suku Tengger melaksanakan kegiatan agama ada 9 kali mulai dari Pujang KapasKatuju atau KapitoKawoluKasadaKasadarKaroGalunganKuningan, dan Nyepi. Dalam masyarakat Suku Tengger terdapat ketua adat yang disebut dengan Dukun Pandita yang biasanya memimpin segala upacara adat di Suku Tengger. Pemilihan Dukun Pandita melalui ujian spiritual berupa tidak makan dan tidur selama 24 jam pada saat dilaksanakannya Hari Kasada, jika lolos menjadi dukun menandakan adanya wahyu dari Hyang. Ada yang menjadi keunikan dalam pemilihan Dukun Pandita yaitu menjadi Dukun tidak harus keturunan dukun dan tidak mengenal wanita maupun pria, asalkan Dukun Pandita tersebut mampu lolos ujian spiritualnya. Di era modern ini masyarakat Desa Ngadas Tengger mengikuti arus budaya modern yang ada namun tetap menjadikan agama Hindu sebagai tiang agama yang harus dipatuhi dan budaya Jawa yang tetap dijalankan oleh para generasi mudanya, karena bagi mereka ada anggapan bahwa “apa yang dilakukan akan memiliki imbas kepada diri kita sendiri pada masa yang akan datang”.

Perjalanan kedua kami berkesempatan mengunjungi Desa Ngawen yang ada di Yogyakarta. Desa Ngawen sama halnya dengan Desa Ngadas yang mayoritas penduduknya beragama Hindu sebanyak 80%. Di Desa Ngawen sangat menjungjung tinggi kebersamaan dan solidaritas tidak memandang agama dan status sosial individu. Budaya Hindu Jawa sangat kental di Desa Ngawen yang diwariskan melalui pendidikan informal yang sudah dijalankan sejak kecil. Pendidikan informal yang berfokus pada aspek agama, sosial dan ekonomi dilaksanakan dari mulai PAUD hingga tingkat SMA yang mengajarkan agama Hindu dan Budaya Jawa. Hal ini dianggap efektif dibuktikan dengan adanya kesadaran para generasi muda yang ikut serta dalam setiap kegiatan keagamaan maupun kebudayaan di Desa Ngawen. Kesadaran pendidikan yang tinggi pun dibuktikan dengan banyaknya masyarakat di Desa Ngawen yang mengenyam pendidikan hingga tahap magister.

Dari kedua desa yang telah dikunjungi tentu memberikan pengalaman bagi mahasiswa Pendidikan Sosiologi dalam mengenal budaya Hindu Jawa yang ternyata berbeda dengan Hindu Bali. Meskipun ajaran agama, kitab suci dan filsafatnya sama yang membedakan adalah budayanya seperti tidak adanya sistem kasta pada budaya Hindu Jawa dan dalam memahami aturan pun implementasinya berbeda disesuaikan dengan budayanya.